Biaya Nikah Adat Aceh Lengkap dengan 6 Prosesinya

5/5 - (79 votes)

Meskipun zaman semakin modern, namun pernikahan adat masih tetap ada. Selain pernikahan adat batak, salah satu adat yang paling sering digunakan adalah adat Aceh. Pada kesempatan kali ini, Anda akan mengetahui biaya nikah adat Aceh paling terkini.

Aceh merupakan salah satu provinsi di Indonesia yang memiliki banyak suku dengan latar belakang budaya kental. Maka dari itu, tak heran jika anda menemukan banyak pernikahan mengusung adat Aceh. Tradisinya menarik dan cocok untuk Anda yang masih keturunan Aceh.

Berapa Biaya Nikah Adat Aceh?

Pernikahan merupakan proses pengikatan janji suci yang resmi antara seorang pria dan wanita. Melihat esensi pernikahan yang sangat serius, maka tidak heran jika anda harus menyiapkan biaya yang besar. Apakah biaya pernikahan adat Aceh mahal?

Mahal atau murahnya biaya pernikahan bersifat relatif, karena kemampuan ekonomi setiap orang berbeda dan tergantung kesepakatan kedua belah pihak. Sebelum menikah, Anda harus mempertimbangkan besar mahar yang disebut mayam dalam adat Aceh.

Memang tidak ada patokan pasti untuk jumlah mayam, namun menyesuaikan pihak wanita. Ada berbagai hal yang bisa mempengaruhi besaran mayam. Misalnya kecantikan, keturunan, pekerjaan, pendidikan, dan masih banyak lagi.

Akan tetapi, faktor tersebut dapat anda abaikan melalui persetujuan dengan pihak wanita. Mayam sendiri berpatok pada harga emas. Jika melakukan konversi, satu mayam harganya setara dengan 3.33 gram emas.

Misalnya, Anda ingin menikah dengan mahar 30 mayam, maka Anda harus menyerahkan 99.9 gram emas. Dengan perhitungan konversi harga emas sebesar Rp600.000 per gram, maka biaya nikah adat Aceh setara dengan Rp59,94 juta.

Biaya tersebut baru mencakup mahar saja. Belum lagi, Anda harus menyiapkan budget untuk penyelenggaraan pesta pernikahan, souvenir pernikahan, dll. Perkiraannya, biaya nikah untuk adat Aceh bisa mencapai Rp150 sampai Rp300 juta.

Tradisi Pernikahan Adat Aceh

Prosesi Pernikahan Adat Aceh
Foto: Venema Pictures

Budaya serta adat Aceh memang unik dan masih kental. Setiap tradisi menyimpan filosofi serta makna tersendiri, sehingga masih dijunjung tinggi dan dipertahankan. Calon pengantin aceh wajib mengikuti berbagai rangkaian adat menjelang pernikahan, seperti:

Jak Keumalen

Upacara pernikahan khas Aceh yang pertama yaitu Jak Keumalen. Jak Keumalen adalah sebuah proses perintisan jalan dengan tujuan untuk mengetahui dan mengenal mempelai wanita lebih dalam.

Pada umumnya, upacara Jak Keumalen akan diselenggarakan langsung oleh orang tua ataupun utusan khusus mempelai pria. Pada awalnya, keluarga dari linto baro (mempelai pria) akan datang untuk bersilaturahmi dan mengamati dara boro (mempelai wanita).

Dalam prosesnya, biasanya mempelai pria akan membawa bingkisan makanan (bungong jaroe). Jika pihak wanita menyambut keluarga pria dengan baik, prosesi bisa berlanjut ke meminang (jak meu lake).

Upacara Jak Keumalen ini dapat Anda laksanakan dengan dua cara, yaitu langsung dengan menggunakan orang tua calon mempelai pria atau menggunakan theulangke (utusan khusus dari calon mempelai pria). Keduanya bersifat sah dan resmi.

Jak Ba Ranub

Selanjutnya, upacara pernikahan berlanjut dengan prosesi Jak Ba Ranub. Secara mudahnya, Jak Ba Ranub merupakan prosesi lamaran khas Aceh. Pada Prosesi Jak Ba Ranub, orang tua pria akan memberikan “titipan kuasa” kepada utusan khusus.

Maksudnya adalah untuk memberitahu tujuan kedatangan mempelai pria kepada mempelai wanita dengan membawa buah tangan, seperti buah-buahan, pakaian, atau objek lain. Selanjutnya, kedua pihak akan menyelenggarakan musyawarah.

Apabila memutuskan untuk menerima lamaran, maka calon mempelai wanita akan menjawab “Insha Allah.” Jika sudah diterima, maka selanjutnya akan membahas biaya nikah adat Aceh. Namun, jika tidak ia akan menjawab “Hana Get Lumpo.”

Hana Get Lumpo memiliki arti, yaitu “mimpi yang tidak buruk namun juga tidak baik.” Hal ini berlandaskan pada kebudayaan Aceh yang kental akan penafsiran mimpi serta kekuatan alam.

Kepercayaan ini terus menurun dari nenek moyang hingga sampai hari ini. Apabila lamaran diterima, maka keluarga pria akan melanjutkan prosesi dengan Jak Ba Tanda.

Jak Ba Tanda

Bila lamaran Anda terima, maka prosesi pernikahan berikutnya adalah Jak Ba Tanda. Prosesi ini menjadi bukti komitmen antara calon mempelai pria dan wanita.

Prosesinya mirip seperti pertunangan, dimana pihak pria memberikan seserahan sesuai biaya nikah adat Aceh yang sudah disepakati bersama.

Namun, yang membedakan adalah pihak wanita akan membalas seserahan tersebut dengan makanan atau barang lain. Pada hari Jak Ba Tanda, kedua calon mempelai akan membicarakan hari dan tanggal pernikahan hingga jumlah undangan.

Malam Peugaca

Mendekati hari pernikahan, kedua calon mempelai akan menyelenggarakan upacara peugaca atau selamatan pada saat malam hari dalam kurun waktu 3-7 hari.

Prosesi ini bertujuan untuk memanjatkan doa sekaligus wejangan yang diberikan dari orang tua kedua mempelai dengan menggunakan bantuan dari sesepuh adat.

Hal ini bertujuan agar kedua mempelai memperoleh berkat dan berkah yang dapat memberikan kemudahan pada kehidupan pernikahan mereka kelak.

Pada prosesi upacara, juga diselenggarakan upacara pemberian tepung (peusijuek) calon mempelai wanita, serta pemberian batu giling (batu mupeh).

Peusijeuk memiliki maksud untuk menerima dan memberi restu serta meminta pengharapan kepada Tuhan untuk pemberian keselamatan atas segala sesuatu yang akan terjadi. Penggunaan busana calon mempelai wanita juga terus berganti dari malam pertama upacara hingga hari ketujuh acara.

Koh Andam

Prosesi berikutnya adalah Koh Andam. Tahapan nikah adat Aceh ini berupa ritual pemotongan rambut halus oleh mempelai perempuan.

Tujuannya adalah memberi harapan agar semua hal buruk di masa lalu hilang dan menggantinya dengan berbagai hal baik ketika memasuki hidup baru pernikahan. Untuk melakukan Koh Andam, mempelai wanita tidak boleh sedang dalam keadaan menstruasi.

Prosesinya berjalan dengan memasukan rambut halus ke dalam air kelapa hijau. Ini memiliki makna harapan dan doa orang tua agar Anda selalu tegar dan menghadapi masalah rumah tangga dengan kepala dingin.

Peumano

Prosesi nikah adat yang terakhir adalah Peumano. Sederhananya, Peumano merupakan siraman adat Aceh. Prosesi ini berlaku untuk pihak wanita agar suci secara menyeluruh.

Ketika Peumano, orang tua dari calon mempelai wanita, sesepuh adat, dan keluarga akan menyiramkan air. Selama ritual, beberapa orang akan memanjatkan doa. Menariknya lagi, prosesi ini harus melibatkan orang dalam jumlah ganjil.

Nikah Adat Aceh Berapa Lama?

Biaya nikah adat Aceh memang cenderung mahal karena lamanya prosesi pernikahan. Jika hanya resepsi, maka durasinya satu hari layaknya pernikahan pada umumnya. Namun, durasinya menjadi lama karena rangkaian tradisi adat.

Seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya, calon pengantin akan melewati malam peugaca. Prosesi ini berlangsung 3 sampai 7 hari. Selain itu, ada juga prosesi lain yang memakan waktu cukup lama.

Durasi pernikahan adat Aceh bergantung pada kesepakatan anda dan calon suami/istri. Anda bisa mengikuti sebagian tradisi saja atau mengikuti semuanya.

Jika ingin menikah adat Aceh, Anda harus menyiapkan biaya yang cukup besar. Biaya nikah adat Aceh tergolong mahal karena banyaknya prosesi yang harus Anda lalui. Anda juga bisa berhemat dengan menggunakan undangan pernikahan online di invi. Dengan mengikuti tradisi pernikahan adat, para pengantin berharap pernikahannya bisa diberkati dan diakui leluhur.

Bagikan artikel: